الأحد، 14 أبريل 2013

Belajar

BELAJAR
A.           Pengertian Belajar
-     James O. Whittaker, belajar adalah dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui dan atau pengalaman.
-  Cronbach, learning is shown by change in behaviour as a result of experience.(belajar adalah suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
-      Howard L.Kingsley mengatakan bahwa learning is the process by which behaviour (in the broader sense) is originated or change through practice or training. (Belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
-    Geoch, learning is change is performance as a result of practice.
-   Dr. Slameto, belajar adalah suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.


B. Hakikat Belajar
Dari sejumlah pengertian belajar yang telah diuraikan, ada kata yang sangat penting untuk dibahas pada bagian ini, yakni kata "perubahan" atau change.
seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhir dari aktivitasnya itu telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan pengalaman baru, maka individu itu dikatakan telah belajar. Tetapi perlu diingatkan, bahwa perubahan yang terjadi akibat belajar adalah perubahan yang bersentuhan dengan aspek kejiwaan dan mempengaruhi tingkah laku. Sedangkan perubahan tingkah laku akibat mabuk karena meminum minuman keras, akibat gila, akibat tabrakan, dan sebagainya, bukanlah kategori belajar dimaksud.
Akhirnya, dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar adalah perubahan dan tidak setiap perubahan adalah sebagai hasil belajar.

C. Ciri-Ciri Belajar
Ada beberapa perubahan tertentu yang dimasukkan ke dalam ciri-ciri belajar, yaitu :
1. Perubahan yang Terjadi Secara Sadar
Ini berarti individu yang belajar akan menyadari. Terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya bertambah.
2. Perubahan dalam Belajar Bersifat Fungsional
Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.
3. Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif
Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.
4. Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara
Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis, dan sebagainya tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap.
5. Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah
Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari. 6. Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku
Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya. Misalnya, jika seorang anak telah belajar naik sepeda, maka perubahan yang paling tampak adalah dalam keterampilan naik sepeda itu. Akan tetapi, ia telah mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda, cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda, dan sebagainya. Jadi, aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek lainnya.

D. Teori-Teori Belajar
Teori-teori belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut :
1. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Ahli-ahli ilmu jiwa daya mengemukakan suatu teori bahwa jiwa manusia mempunyai daya-daya. Daya-daya ini adalah kekuatan yang tersedia. Manusia hanya memanfaatkan semua daya itu dengan cara melatihnya sehingga ketajamannya dirasakan ketika dipergunakan untuk sesuatu hal. Daya-daya itu misalnya daya mengenal, daya mengingat, daya berpikir, daya fantasi, dan sebagainya.
Akibat dari teori ini, maka belajar hanyalah melatih semua daya itu. Untuk melatih daya ingat seseorang harus melakukannya dengan cara menghafal kata-kata atau angka, istilah-istilah asing, dan sebagainya. Untuk mempertajam daya berpikir seseorang harus melatihnya dengan memecahkan permasalahan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Untuk meningkatkan daya fantasi seseorang harus membiasakan diri merenungkan sesuatu. Dengan usaha tersebut maka daya-daya itu dapat tumbuh dan berkembang dan tidak lagi bersifat laten (tersembunyi) di dalam diri.
Pengaruh teori ini dalam belajar adalah ilmu pengetahuan yang didapat hanyalah bersifat hafalan-hafalan belaka. Penguasaan bahan yang bersifat hafalan biasanya jauh dari pengertian. Walaupun begitu, teori ini dapat digunakan untuk menghafal rumus, dalil, tahun, kata-kata asing, dan sebagainya.
Oleh karena itu, menurut para ahli ilmu jiwa daya, bila ingin berhasil dalam belajar, latihlah semua daya yang ada di dalam diri.
2. Teori Tanggapan
Teori tanggapan adalah suatu teori belajar yang menentang teori belajar yang dikemukakan oleh ilmu jiwa daya. Herbart adalah orang yang mengemukakan teori tanggapan. Menurut Herbart teori yang dikedepankan oleh ilmu jiwa daya tidak ilmiah, sebab psikologi daya tidak dapat menerangkan kehidupan jiwa. Oleh karena itu, Herbart mengajukan teorinya, yaitu teori tanggapan. Menurutnya unsur jiwa yang paling sederhana adalah tanggapan.
Menurut teori tanggapan belajar adalah memasukkan tanggapan sebanyak-banyaknya, berulang-ulang, dan sejelas-jelasnya. Banyak tanggapan berarti dikatakan pandai. Sedikit tanggapan berarti dikatakan kurang pandai. Maka orang pandai berarti orang yang banyak mempunyai tanggapan yang tersimpan dalam otaknya.
Jika sejumlah tanggapan diartikan sebagai sejumlah kesan, maka belajar adalah memasukkan kesan-kesan ke dalam otak dan menjadikan orang pandai. Kesan dimaksud di sini tentu berupa ilmu pengetahuan yang didapat setelah belajar.
3. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Gestalt
Gestalt adalah sebuah teori belajar yang dikemukakan oleh Koffka dan Kohler dari Jerman. Teori ini berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari bagian-bagian. Sebab keberadaan bagian-bagian itu didahului oleh keseluruhan.
 Dalam belajar, menurut teori Gestalt, yang terpenting adalah penyesuaian pertama, yaitu mendapatkan respons atau tanggapan yang tepat. Belajar yang terpenting bukan mengulangi hal-hal yang harus dipelajari, tetapi mengerti atau memperoleh insight. Belajar dengan pengertian lebih dipentingkan daripada hanya memasukkan sejumlah kesan. Belajar dengan insight (pengertian) adalah sebagai berikut.
a. Insight tergantung dari kemampuan dasar.
b. Insight tergantung dari pengalaman masa lampau yang relevan (dengan apa yang dipelajari).
c. Insight hanya timbul apabila situasi belajar diatur sedemikian rupa, sehingga segala aspek yang perlu dapat diamati.
d. Insight adalah hal yang harus dicari, tidak dapat jatuh dari langit.
e. Belajar dengan insight dapat diulangi.
f. Insight sekali didapat dapat digunakan untuk menghadapi situasi¬situasi yang baru.
Prinsip-prinsip belajar menurut teori Gestalt :
a. Belajar berdasarkan keseluruhan
Orang berusaha menghubungkan suatu pelajaran dengan pelajaran yang lain sebanyak mungkin. Bahan pelajaran tidak dianggap terpisah, tetapi merupakan satu kesatuan bagian-bagian.
b. Belajar adalah suatu proses perkembangan
Anak-anak baru dapat mempelajari dan merencanakan bila ia telah matang untuk menerima bahan pelajaran itu. Manusia sebagai suatu organisme yang berkembang, kesediaannya mempelajari sesuatu tidak hanya ditentukan oleh kematangan jiwa batiniah, tetapi juga perkembangan anak karena lingkungan dan pengalaman.
c. Anak didik sebagai organisme keseluruhan
Anak didik belajar tidak hanya intelektualnya saja, tetapi juga emosional dan jasmaniahnya. Dalam pengajaran modern, selain mengajar guru juga mendidik untuk membentuk pribadi anak didik.
d. Terjadi transfer
Belajar pada pokoknya yang terpenting penyesuaian pertama, yaitu memperoleh tanggapan yang tepat. Mudah atau sukarnya problem itu terutama adalah masalah pengamatan. Bila dalam suatu kemampuan telah dikuasai betul-betul, maka dapat dipindahkan untuk menguasai kemampuan yang lain. Dengan kata lain, kemampuan itu dapat dipakai untuk mempelajari hal¬-hal yang lain.
e. Belajar adalah reorganisasi pengalaman
Pengalaman adalah hasil dari suatu interaksi antara anak didik dengan lingkungannya. Belajar baru timbul bila seseorang menemui suatu situasi/soal baru dalam kehidupannya.
f. Belajar harus dengan insight
Insight adalah suatu saat dalam proses belajar di mana seseorang melihat pengertian (insight) tentang sangkut paut dan hubungan¬-hubungan tertentu dalam unsur yang mengandung suatu prob¬lem.
g. Belajar lebih berhasil bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan
Hal itu terjadi bila banyak berhubungan dengan apa yang diperlukan anak didik dalam kehidupan sehari-hari. Di sekolah progresif, anak didik diajak membicarakan tentang proyek/unit agar tahu tujuan yang akan dicapai dan yakin akan manfaatnya.
h. Belajar berlangsung terus-menerus
Belajar tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Oleh karena itu, dalam rangka untuk memperoleh ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya, anak didik harus banyak belajar, tidak hanya ketika di sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pihak sekolah harus bekerja sama dengan orang tua di rumah dan di masyarakat dalam kehidupan sosial yang lebih luas, agar semua turut serta membantu perkembangan anak secara harmonis.

4. Teori Belajar dari R. Gagne
Dalam masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi.
a. Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku.
b. Belajar adalah pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi.
Gagne mengatakan bahwa segala sesuatu yang dipelajari oleh manusia dapat dibagi menjadi lima kategori yang disebut the domainds of learning, yaitu sebagai berikut ini.
1. Keterampilan motoris (motor skill)
Dalam hal ini perlu koordinasi dari berbagai gerakan badan, misalnya melempar bola, main tenis, mengemudi mobil, mengetik huruf R.M, dan sebagainya.
2. Informasi verbal
Orang dapat menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, menggambar; dalam hal ini dapat dimengerti bahwa untuk mengatakan sesuatu itu perlu inteligensi.
3. Kemampuan intelektual
Manusia mengadakan interaksi dengan dunia luar dengan menggunakan simbol-simbol. Kemampuan belajar dengan cara inilah yang disebut "kemampuan intelektual". Misalnya, membedakan huruf m dan n, menyebutkan tanaman yang sejenis.
4. Strategi kognitif
Ini merupakan organisasi keterampilan yang internal (internal organized skill) yang perlu untuk belajar mengingat dan berpikir. Kemampuan ini berbeda dengan kemampuan intelektual, karena ditujukan ke dunia luar, dan tidak dapat dipelajari hanya dengan berbuat satu kali serta memerlukan perbaikan-perbaikan terus¬menerus.
5. Sikap
Kemampuan ini tak dapat dipelajari dengan ulangan-ulangan, tidak tergantung atau dipengaruhi oleh hubungan verbal seperti halnya domain yang lain. Sikap ini penting dalam proses belajar; tanpa kemampuan ini belajar tak akan berhasil dengan baik.

5. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Asosiasi
Teori asosiasi disebut juga teori sarbond. Sarbond singkatan dari Stimulus, Respons, dan Bond. Stimulus berarti rangsangan, respons berarti tanggapan, dan bond berarti dihubungkan. Rangsangan diciptakan untuk memunculkan tanggapan kemudian dihubungkan antara keduanya dan terjadilah asosiasi.
Teori asosiasi berprinsip bahwa keseluruhan itu sebenarnya terdiri dari penjumlahan bagian-bagian atau unsur-unsurnya. Penyatupaduan bagian-bagian melahirkan konsep keseluruhan. Misalnya, sepeda. Konsep sepeda diberikan untuk kendaraan roda dua tanpa mesin bermula dari sekumpulan bagian-bagian yang dirangkai menjadi satu kesatuan komponen yang bersistem, menurut fungsi, dan peranannya masing-masing. Bagian-bagian yang membentuk konsep sepeda itu di antaranya adalah pedal, setang, lonceng, rem, ban luar dan dalam, tempat duduk, jari-jari, lampu, dan rantai.
Dari aliran ilmu jiwa asosiasi ada dua teori yang sangat terkenal, yaitu teori konektionisme dari Thorndike dan teori con¬ditioning dari Ivan P. Pavlov.
a. Teori Konektionisme
Thorndike adalah orang yang mengemukakan teori konektionisme. Dan penelitiannya dia menyimpulkan bahwa respons lepas dari kurungan itu lambat laun diasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar coba-coba, trial and error Inilah kesimpulan Thorndike terhadap perilaku binatang dalam kurungan.
Respons benar lambat laun "tertanam" atau diperkuat melalui percobaan yang berulang-ulang. Respons yang tidak benar diperlemah atau "tercabut". Gejala mi disebut "sub-stitusi respons". Teori itu juga dikenal dengan nama kondisioning instrumental, karena pemilihan suatu respons itu merupakan alat atau instrumen bagi memperoleh ganjaran.
Ada tiga hukum belajar yang utama dan ini diturunkannya dari hasil-hasil penelitiannya. Ketiganya adalah hukum efek, hukum latihan, dan hukum kesiapan.
1. Hukum efek
Hukum ini menyebutkan bahwa keadaan memuaskan menyusul respons memperkuat pautan antara stimulus dan tingkah laku. Sedangkan keadaan yang menjengkelkan memperlemah pautan itu. Thorndike kemudian memperbaiki hukum efek itu, sehingga hukuman tidak sama pengaruhnya dengan ganjaran dalam belajar.
2. Hukum latihan
Hukum ini menjelaskan keadaan seperti dikatakan pepatah "Latihan menjadi sempurna". Dengan kata lain, pengalaman yang diulang-ulang akan memperbesar peluang timbulnya respons (tanggapan) yang benar. Akan tetapi pengulangan-pengulangan yang tidak disertai keadaan yang memuaskan tidak akan meningkatkan belajar.
3. Hukum kesiapan
Hukum ini melukiskan syarat-syarat yang menentukan keadaan yang disebut "memuaskan", atau "menjengkelkan" itu. Secara singkat, pelaksanaan tindakan sebagai respons terhadap suatu impuls yang kuat menimbulkan kepuasan, sedangkan menghalang¬halangi pelaksanaan tindakan atau memaksanya menimbulkan kejengkelan.
Jadi, menurut Thorndike dasar dari belajar tidak lain adalah asosiasi antara kesan panca indra dengan impuls untuk bertindak. Asosiasi ini dinamakan connecting. Sama maknanya dengan belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respons ini akan terjadi suatu hubungan yang erat bila sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respons itu akan menjadi terbiasa atau otomatis.
Terhadap teori konektionisme ini ada beberapa kelemahan dalam pelaksanaannya, yaitu:
a. Belajar menurut teori ini bersifat mekanistis '
b. Pelajar bersifat teacher centered (terpusat pada guru)
c. Anak didik pasif
d. Teori ini lebih mengutamakan materi,
.
b. Teori Conditioning
Dalam kehidupan sehari-hari seseorang pasti merasakan sesuatu yang merangsang air liurnya untuk keluar. Misalnya, bagi para ibu yang sedang mengandung dan kebetulan mengidam ingin memakan buah-buahan yang asam-asam, ketika mereka melihat buah asam¬asaman tentu saja air liurnya keluar tanpa disadari. Keluarnya tentu saja secara refleks. Atau katakan saja refleks bersyarat. Bagi para pengendara kendaraan bermotor tentu akan berhenti ketika dia melihat lampu lalu lintas menyala merah dan bergerak setelah dia melihat lampu lalu lintas menyala hijau. Bagi para perenang dalam suatu perlombaan renang, mereka akan berhenti setelali mencapai finis. Di sekolah, bagi semua anak didik bunyi lonceng dalam frekuensi tertentu sebagai tanda masuk, istirahat atau pulang, maka mereka akan menaatinya.

Teori ini bila diterapkan dalam kegiatan belajar juga banyak kelemahannya. Kelemahan-kelemahan itu antara lain berikut ini.
1. Percobaan dalam laboratorium berbeda dengan keadaan sebenarnya.
2. Pribadi seseorang (cita-cita, kesanggupan, minat, emosi, dan sebagainya) dapat mempengaruhi hasil eksperimen.
3. Respons mungkin dipengaruhi oleh stimulus yang tak dikenal. Dengan kata lain, tidak dapat diramalkan lebih dahulu, stimulus manakah yang menarik perhatian seseorang.
4. Teori ini sangat sederhana dan tidak mornuaskan untuk menjelaskan segala seluk-beluk belajar yang teruyata sangat kompleks.


Daftar Pustaka
Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
 


ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق